Rabu, 19 Mei 2010

dibalik senyuman tari

Pagi yang Cerah di hiasi Mentari yang Bersinar indah. Pagi ini di Sekolah ku mengadakan rapat. Dan hal ini membuat beberapa jam mata pelajaran kosong. Aku yang senang melarikan diri dari jam mata pelajaran hari ini merasa hari ini adalah hari kebebasanku.
Dengan tak menunggu banyak waktu aku bergegas menuju ke belakang sekolah dimana tempat biasanya aku menghabiskan waktu yang bagiku membosankan. Sebelum menuju ke belakang sekolah aku telah lebih dulu menghubungi sahabatku, Tari yang kelasnya berbeda penjurusan dengan ku.
“Dor.... “ kata Tari dan Mega mengagetkanku yang sedari tadi menunggu kedatangan mereka.
”Tariiiiiiiiii....” kataku dengan nada kesal
”Maaf ’Bu... salah sendiri di tempat sepi begini kamu bengong entar kesambet setan penunggu pohon loh !!!” kata Tari dengan wajah yang begitu Ceria.
”Eh....Eh...Eh.... kok murung amat ’bu ada masalah apa? Cerita donk, kami kan sahabatmu!!! ” kata Mega seraya memegang pundakku.
”Ngga kenapa-kenapa. Emangnya kalau kita murung mesti ada masalah dulu ya? ” kataku meledek.
”Iya nih..Mega selalu aja menilai seseorang dari wajahnya. Belum Tentukan orang yang murung itu orang yang banyak masalah. Siapa tahu aja orang yang selalu tersenyum ceria yang memiliki segudang masalah...” Bela Tari.
Aku yang mendengar kata-kata Tari tiba-tiba merasa ada yang beda dari Tari. Namun semua tak tampak dari senyuman cerianya.
Seharian ini aku, Tari dan Mega telah puas berbagi cerita, suka-duka, canda dan tawa. Sungguh hari ini adalah Hari yang amat membuatku merasa berbeda.
*****
Keesokan harinya selepas lonceng istirahat kedua.
”Ria....Ria...” terdengar suara Mega dan Tari dari luar kelasku.
Aku dengan segera bergegas meminta izin kepada guru untuk keluar sebentar.
”Bolos Yuk !!!” kata Mega seraya menggenggam erat tanganku.
”Gila....nggak tepat waktu banget kamu, Ga. Sudah ada guru yang masuk jam pelajaran kamu baru menyusulku. Kenapa nggak sedari tadi aja sebelum lonceng masuk?” kataku menolak ajakan Mega.
”O....ya sudahlah. Padahal hari ini Aku ingin banget bareng sama kalian berdua. Mungkin hari ini hari terakhir kita.” Kata Tari.
Aku yang tak mengerti hanya tersenyum dan menganggap bahwa kata-kata Tari hanyalah sebuah kata untuk membujukku bolos jam pelajaran.
*****
”Mega, Kalian marah ya karena kemarin aku nggak mau ikut kalian bolos.” kataku ketika berbarengan jalan menuju ke Kantin.
”Ehm....Tari mana? Tumben nggak ikut keluar?” kata ku dengan memperhatikan sekitar mencari Tari.
”Nggak ada apa-apa. Tari nggak masuk hari ini.” Jawab Mega.
Singkat, padat dan jelas. Dan kami kemudian saling diam dan tenggelam dalam pikiran kami masing-masing.

Awan hitam terlihat menggupal, menyelimuti sore yang tampak kelam, udara dingin serasa menusuk ke tulang-belulang.
Aku yang menunggu mama belanja bertemu dengan Yani. Teman sekelasku selagi masih kelas X.
“Ria, kamu tahu tidak aku dengar kabar kalau hari senin besok Tari akan menikah?” Ucap Yani.
“ah kamu mengada-ada. Dapat dari mana kamu kabar yang tidak benar tersebut. Apalagi Tari tak ada mengatakan hal apapun kepadaku?” kata ku tak percaya.
“ih aku juga sebenarnya tak percaya. Tapi aku mendapat kabar ini langsung dari tetangganya.”Kata Yani meyakinkan ku.
“Jangan-jangan Tari Jebol?” Tambah Yani.
Aku yang antara percaya dan tidak ini berniat memaksakan diri untuk ke rumah Tari yang sesungguhnya telah amat sangat ku anggap sebagai seorang sahabatku. Antara rasa kesal,bimbang,kecewa,heran dan segalanya bercampur menjadi satu dalam diriku.
Selama ini Tari yang selalu menjadi tempat aku bercerita dan tempat aku menangis.Tarilah yang menjadi tempatku bernaung. Tapi mengapa masalah yang begitu besar ini aku sendiri sahabatnya tak pernah tahu.
Benar-benar bukan keberuntunganku hari ini. Baru saja aku hendak beranjakan kaki dari rumah menuju tempat tari, Hujan pun turun tanpa ampun.
Namun Rasa penasaranku tak kan pernah berujung sebelum aku mendengar sendiri,semua Kenyataan dari yang tertuduh, tari.
Aku yang benar-benar tak bisa mengurungkan rasa penasaranku telah berulang kali menelpon Tari. Namun nomornya saja di non-aktifkan. Aku juga menelpon kesemua teman yang ku rasa mengetahui kabar tentang Tari. Namun satu pun tak bisa terhubungi.
”Mega” baru ku ingat. Mungkin Mega lebih tahu dan lebih bisa menjelaskan semuanya kepadaku.
Telah kesekian kalinya aku menghubungi Mega akhirnya di angkat juga.
”Mega. Kamu mesti jujur sama aku. Aku dengar Tari akan menikah hari senin esok. Apa itu benar?” tanyaku dengan nada sedih.
”Mega jawab jujur !!!” Teriakku.
”Ria. Siapa yang mengatakan hal itu kepadamu?” tanya Mega.
Aku malah makin kesal dengan jawaban Mega. Aku butuh jawaban dari pertanyaanku bukan malah balik diberi pertanyaan.
”Tetangga Tari. Dan aku butuh jawaban pertanyaanku.” kataku.
”Sebelumnya aku mau minta maaf. Selama ini kami merahasiakan semua dari kamu. Kami tak mau menambah beban kamu. Kamu terlalu banyak mendengarkan tanpa pernah didengarkan. Kamu terlalu banyak meneteskan air mata padahal itu bukan masalahmu.” Ucap Mega.
”Jangan mengalihkan pembicaraan.” kataku.
”Iya. Malam ini Tari akan Tunangan. Dan Lusa tari akan menikah.” jawab Mega.
Mendengar perkataan itu seolah telingaku merasa ada petir yang menghujam dalam diriku.
”Dengan Siapa? Rama? Kan tidak mungkin.” kataku dengan nada Penasaran dan bingung.
”Bukan dengan Rama. Tetapi Dengan pilihan orang tuanya. Dan nanti jua kamu akan tahu sendiri” Jawab Mega dengan nada yang makin tak memperjelas bayanganku tentang semua
Semuanya bagaikan mimpo yang benar-benar terpuruk bagiku. Banyak hal yang terbesit dalam pikiranku antara sesal,kecewa, bingung, semuanya seakan bercampur dan tak mampu terkendali dalam hatiku.
Semalaman aku memikirkan masalah ini. Karena semua benar-benar mustahil bagiku. Siapa? Apa? Dan bagaimana calon suami Tari saja aku tak tahu. Di harapku hanya satu saat ini. Ingin hari cepat berganti biar aku bisa mendapat jawaban yang pasti.

*****

Hari ini aku putuskan dengan niat yang sesunggunya bahwa aku harus datang kerumah tari. Aku akan tetap pergi meski apapun hambatan yang menjadi penghalang. Aku segera menyusul Novi, Sahabat sebangku ku untuk mengajaknya ke rumah Tari.
”Assalamualaikum Bu. Tari ada ?” Tanyaku kepada salah seorang Wnita tua yang berdiri di depan pintu Rumah. Ku lihat semua tampak sibuk. Rasa ingin menjerit aku melihat semuanya.
”Ria ??? kamu .....???” kata Tari dengan wajah yang tampak kaget.
Aku yang berusaha menegarkan diri berusaha menahan semua rasa yang ada dalam benak dan hatiku.
”Selamat ya Tari !!!” kataku dengan memberinya sekotak kenang-kenangan yang mungk8in inilah kado terakhir dariku untuknya.
”Ri, kamu bilang selamat? Selamat di atas tangisanku.” kata Tari.
Mendengar ucapan Tari, membuatku tak mampu menahan tangisku. Tangis yang sedari tadi tak ingin ku tampakkan di hadapannya.
”Tar, kenapa kamu tak pernah menceritakan semua kepadaku. Mengapa semua masalah ini kau pendam sendiri?” Tanyaku dengan isak tangis yang benar-benar tak mampu ku bendung.
”Maafin aku. Aku bukan ingin mengatakan Selamat dalam tangisan itu. Tari, ketahuilah jalan kita masih panjang. Apa kamu yakin ingin mengakhiri semua dengan cara secepat ini? Bagaimana dengan Rama?” tanyaku menggenggam erat tangannya.
”semua bukan kemauan ku,Ri. Aku sama sekali tak tahu menahu tentang apa?kapan dan bagaimana semua bisa terjadi.” kata Tari dengan air mata yang meleh di pipi.
”Ya ALLAH ini semua bagai mimpi yang begitu tak hambamu ini inginkan.” kataku dalam hati.
”Kadang aku fikir apa ini hanya mimpi? Dan aku berharap ini segera berakhir. Aku kalah....aku kalah dalam pertahananku. Sakit, Ri. Terlalu berat uji ku kali ini. Aku tak sanggup.” Ucap Tari yang semakin buatku larut dalam semua.
”Kenapa tak kamu tentang saja? Yakini...” kataku
”Semua terlambat. Dan jika aku akan menentang, orang tuaku hanya akan menganggapku sebagai anak yang durhaka dan aku juga telah tersudutkan dalam keluarga besarku. Jika aku melarikan diri, bagaimana dengan hidup yang akan aku jalani. Dan jika aku bunuh diri, Dosa ku tak mungkin dapat terampuni. Semuanya mempersulitku.” Kata Tari.
”satu harapku. Agar ALLAH dapat mencabut nyawaku hari ini. Mengakhiri segala mimpi yang ku rasa begitu Perih.” Tambah Tari.
Ku sungguh-sungguh tak sanggup mendengar apa yang Tari ucapkan. Ingin menangis tapi aku tak ingin membuat Tari semakin terlarut. Dengan Berusaha untuk tegar, aku memegang erat tangan Tari, menghapus air mata di pipinya dan berkata ” Orang Tuamu tahu akan jalan terbaikmu. Orang tuamu hanya ingin kau bahagia dan mendapatkan yang terbaik.”
”Apa ini yang di bilang sayang kepada anak? Apa ini yang di bilang ingin mendapatkan hal yang terbaik dan mencari kebahagiaan untuk anak. Bukan,Ri. Justru ini yang membuatku begitu menderita.” Bantah Tari.
Tak ku sadari pembicaraanku sedari tadi didengar oleh orang tua Tari yang kemudian memarahi Tari karena terlalu banyak bercerita dan menganggap semuanya tak perlu tersesali dan di tangisi.
Aku hanya diam dan terlarut dalam segala pikiran dan dugaanku. Ingin bicara tapi aku tak ingin buat tari semakin di marahi.
“Mana calonmu Tar? Boleh donk kami melihat?” tanyaku dan Novi sambil bercanda.
”Ada di Rumah belakang. Sebaiknya jangan.” Ujar Tari.
”tolonglah. Suamimu juga kan akan jadi calon kakak ipar kami.” Bujuk Novi.
Begitu melihat Calon Suami Tari. Kami hanya terdiam karena diantara kami semua tak ada yang berkata-kata. Aku makin terdiam saat melihat Rama berada diantara kami. Semuanya makin membuatku terbelalak dengan kenyataan pahit yang harus di terima oleh Rama dan Tari yang baru saja menjalin cinta dan sedang berbunga-bunga indah setelah penantian Rama yang bertahun-tahun sudah tiada lelah. Namun semua kini bagai petir dan badai yang memporak-porandakan indahnya cinta yang baru tersemaikan.
”Tar. Aku pulang dulu ya. Karena ada tugas lain yang harus diselesaikan.” kata Rama dengan wajah Sendu dan begitu murung. Tari hanya menjawab dengan anggukkan kepala tanpa ada sepatah kata pun di bibirnya.
”Las, jika aku belum pulang katakan pada orangtuaku aku masih ingin sendiri. Dan jika terjadi apa-apa padaku jangan sesali yang terjadi.” Kata Rama yang membuat bulu kudukku serasa merinding.
”Jika kau Mati, aku jua akan ikut mati.” Bantah tari.
Semuanya seketika hening bagai dalam ruang kosong tanpa adanya satu nyawa yang berkata.

Hari H pun telah tercanangkan. Janur telah berkibar sebagai tanda pernikahan akan segera terlaksanakan. Demi Tari, aku dan ke enam temanku yang lain merencanakan untuk bolos sekolah hari ini.
Aku yang sebelumnya telah merencanakan hal ini telah menyiapkan foto-foto teman-teman sekelas sebagai tanda bahwa diantara kami tidak hanya sebatas seorang teman atau sahabat tapi juga sebagai saudara.
Ini kali keduanya aku melihat calon Tari. aku tatap jauh kearahnya. Selintas aku menatap Tari. wajah ayu dan senyum ceria nya kini hanya sebuah cerita. Rasa sedihku makin membaur dalam diri ini. Aku ingin menangis, tapi aku berusaha untuk tegar menerima. Meski hati tak rela. Aku tak ingin mengancurkan hari Tari dalam selimut mendung air mata.
Sempat terbesit pikirku ” apa sesungguhnya yang di rasa oleh calon suami Tari yang bagiku sungguh tak sepadan dengan Tari. Punya hati kah dia? Mengertikah dia akan posisis yang Tari alami saat ini.”
”Ya ALLAH permainan apa yang terjadi saat ini.”
Aku dan ke enam sahabatku yang lain sempat berbincang masalah ini. Kami mengungkapkan pikiran kami masing-masing. Apalagi dengan kenyataan yang telah terpapar jelas bahwa ini adalah pernikahan yang terpaksa dan perjodohan yang tak di harapkan. Sedangkan aku tahu bahwa ayah Tari adalah bawahan dari calon suami Tari. adakah timbal balik dari semua ini? Lalu mengapa harus Tari yang jadi korban?
Antara kami pun makin terdiam. Saat menatap ayu wajah Tari dengan Polesan make-up. Gadis yang kami kenal dengan senyum ceria nya, ramalan pernikahan yang selalu di paparkan pada kami. Ternyata kini telah siap dalam gerbang bahtera rumah tangga yang tak di inginkan.
”Jangan menangis. Jika kalian memang ingin Aku bahagia. Karena satu tetes air mata kalian akan membuatku berontak di depan calon suami ku. Aku tk ingin keluargaku malu.” Bisik Tari yang sikapnya tampak berusaha Tegar.
Dan aku hanya tetap diam berusaha memberi pengertian padanya dan berusaha menjadi tiang baginya untuk tetap tegar.
Saat akad nikah akan dimulai aku dan ke enam sahabatku saling berpegangan erat. Dengan segala sembilu kami tahan segala lara yang kian menggelora. Ada yang berusaha untuk menerima dan berdoa akan hal baik bagi tari. tapi ada jua yang tak rela.
Awalnya semuanya dapat teratasi dan berjalan tenang. Namun saat ijab Qabul terucap tangis kami berhambur membuat pilu suasana.
Aku yang tak ingin membuat semua kacau dan mengingat pesan Tari tetap berusaha tegar dan berusaha untuk membuat agar tangisan yang lain tidak terdengar oleh Tari.
Memang sulit buat di Terima. Tapi dalam keyakinanku hanya berharap agar tari mendapat yang terbaik.
Setelah akad nikah selesai. Aku dan ke enam temanku berbincang-bincang dengan Tari. sebelumnya telah aku camkan ”Jangan tampakkan wajah murung,jika ingin lihat tari tersenyum.”
”kamu akan sekolah lagi Tari?” tanya Novi.
”tak tahu lah. Tapi kata suami tari sih, Tari akan di sekolahkan lagi.” jawab Tari.
”Terus janji yang di ucapkan suami kamu tadi apa akan benar-benar terlaksana.”tanya novi dengan penasaran.
”aku tak yakin.” tambah novi dengan wajah ketusnya
” insyaALLAH” hanya itu jawaban Tari.
Inilah hari terakhir kami bersama. Hari terakhir si Tukang Ramal pernikahan yang ramalannya jelas-jelas salah. Hari terakhir si tukang dandan. Semua kenangan terbicarakan. Ya....kenangan hanyalah kenangan. Kini dan nanti tak kan mungkin terulang kembali.
Pernikahan yang terpaksa dan perjodohan yang tak diharapkan ini apakah akan membawa tari ke dalam kehidupan yang lebih di harapkan.
Hanya doa yang mampu tersalurkan dalam bias-bias kejadian yang tersesalkan.
Hari yang kami akhiri dengan makan sepiring beramai-ramai, foto-foto, dan bernyanyi bersama akan terukir jelas meski jarak antara kami dan Tari akan terpisah.
Akankah ini akan terulang ?

Sampai cerita ini ditulis
Hanya satu harapan ku
Dengan segala senyum itu
Awalilah hidup baru dengan rasa ikhlas..
Karena hidupdan kebahagiaan adalah pilihan yang harus di jalani.
Takdir memang telah ditentukan
Tapi tak ada salahnya buat kita berusaha mengubah jalannya.

SELAMAT MENEMPUH HIDUP BARU
SAHABAT KU
Gapai terus cita-citamu !!!
Jangan jadikan penyesalan sebagai hambatan.
Kebahagiaanmu
Harapan kami slalu.

Minggu, 16 Mei 2010

rahasia tere

“Tere, kamu kelihatan sedih banget sih?” Sinta menyapa sahabatnya yang akhir-akhir ini begitu kelihatan murung. Tapi Tere tak menjawab. Dia justru semakin menundukkan kepalanya.
“kamu kenapa sih,Re?” Sinta tidak menyerah menunggu jawabnya.
Tapi yang didapat bukanlah jawabnya,hanya gelengan kepala yang disertai raut wajah begitu duka dan murung. Tere semakin sedih! Sinta makin bingung dan tak mengerti dengan yang sesungguhnya terjadi dengan sahabatnya itu.
“Re, kalau kamu tidak mau bicara, bagaimana aku dapat membantumu?” Sinta mencoba merangkul Tere, tapi Tere justru menghindar.
“Jangan mendekatiku,Sin nanti kamu bias menyesal memiliki sahabat sepertiku.” Bantah Tere seraya terus menghindar.

“Menyesal? Emang apa yang kamu lakukan? Adakah kau membohongiku?” Sinta berubah raut begitu mendengar suara sahabatnya yang begitu meyakinkan. Tere tidak menjawab pertanyaan Sinta, dia justru meninggalkan Sinta dengan beribu pertanyaan. Sinta berusaha mengejar. Namun Tere telah mask ke mobilnya. Pak sopir segera membawanya berlalu dari hadapan Sinta yang tak mengerti apa yang sesungguhnya terjadi.
“Sinta.” Sinta menoleh kearah suara yang memanggilnya. Suara Raffi.
“kamu kenapa, Sin? Sedang bertengkar dengan Tere?” Raffi tak dapat menyembunyikan keingintahuannya karena melihat peristiwa yang baru saja terjadi.
”nggak tahu, Fi. Tere seperti menyimpan suatu masalah.”
”Apa karena surat yang kemarin aku kirimkan ya, Sin?”
Kini gantian Sinta yang terbelalak mendengar perkataan Raffi.
”surat apaan,fi?” Sinta bertanya binggung.
”Aku menyukai Tere, Sin.” Raffi menjawab dengan wajah menunduk.
”Jadi....?” Sinta urung mengatakan apa yang saat itu terlintas dalam pikirannya.
”Tapi ku rasa bukan, Fi. Tere tak pernah mengatakan apa-apa tentang suratmu. Tadi dia Cuma bilang ”jangan mendekatiku Sin, nanti kamu bisa menyesal memiliki sahabat sepertiku.” Lalu dia pergi meninggalkan aku Sendiri.”
Mereka terdiam,hening...sunyi...masing-masing dengan pikirannya.
”Apa yang sesungguhnya terjadi dengan Tere.”

*****

Sejak peristiwa itu. Tere tak pernah lagi bersama Sinta. Hari ini adalah hari ke-tujuh Tere menghindar saat di kelas ataupun di sekitar kawasan sekolah. Sinta dan Raffi telah berusaha menemui Tere dirumahnya. Tapi selalu saja mendapat jawaban, ”Tere tidak ada di rumah.” Hp Tere pun setiap Sinta hubungi selalu saja tidak aktif atau tidak terjawab.
”Tere kenapa ya, Fi?”
”Entahlah, Sin, aku juga bingung.” lalu mereka bersama lagi-lagi terdiam dan tenggelam dengan pikiran masing-masing.
Tiba-tiba Hp Sinta berdering. Ada pesan masuk.
”dari siapa, Sin?” Raffi ingin tahu dan berharap pesan itu dari merupakan pesan dari Tere. Dan ternyata Benar.
”Tere.”
”Apa katanya?” Raffi tak sabar.
”Dia ingin bertemu denganku malam ini,Fi .Di tempat biasa kami hang-out.”
”Aku boleh ikut?” Raffi memelas dengan penuh Harap.
”Jangan saat ini.... Apalagi dengan kondisi yang begitu tak dimengerti... nanti pasti aku kabarin apapun yang terjadi dengan Tere. Suer...”
”baiklah, salam untuk Tere ya, Sin.”
“Tentu.”

*****

Malam itu di kafe tempat biasa Sinta dan Tere hang-out.
”Aku harus jujur padamu, Sin.” Tere mengatakan dengan raut wajah sedih, ragu, dan tampak menyesal.
”kenapa, Re?” Sinta agak kaget dengan pertanyaannya sendiri. Harusnya dia tanya Apa yang ditutupi darinya dan salah apa yang dilakukan Tere, sampai Tere sebegitu sedih dan menyesal.
Dilihatnya sahabatnya itu sedang terisak sedih.
”jangan...jangan dekati dan menjauhlah, Sin! Aku bukan sahabat yang baik.”
”Aduuh... kamu kenapa,Re??? Kayaknya hubungan kita selama ini baik-baik aja. Kamu juga tidak berbuat salah padaku. Jangan buat aku penasaran,deh... tuh Raffi juga ikutan penasaran dan panik dengan keadaan kamu.”
Rasa penasaran Sinta dan bingung bercampur menjadi satu. Apa selama ini Sinta melakukan hal yang begitu menyakiti sahabatnya itu. Sehingga Tere berbicara seperti itu. Mungkin memang belakangan ini Sinta sering memarahi Tere. Tapi dengan maksud yang baik.
”Re, apakah kamu tidak mau mengatakan semua padaku.” Sinta bertanya lagi.
” aku ingin mengatakan apa yang sebenarnya. Tapi kamu janji tidak akan memarahiku apalagi memusuhiku, ya.”
”marah dan memusuhi bagaimana?”
Tere terdiam, dan dari wajahnya tampak keraguan yang luar biasa. Panik, takut, ragu dan sebagainya. Lalu...
”Aku sayang banget dengan Raffi, Sin.” Tere mengatakannya dengan suara yang sangat pelan dan tidak jelas.
Sinta tak mampu menahan emosi, tapi melihat wajah sahabatnya yang begitu sedih. Sinta mampu mengontrol Emosinya seketika.
”Maafin aku, Sin.” suara Tere Lemah.
”maaf....aku tidak akan memarahimu. Kupikir kamu buat kesalahan yang berat apa.....”
Setelah suasana Reda. Tere menceritakan kenapa dia bisa menyukai Raffi.
”Beberapa waktu yang lalu. Niatku hendak nyomblangin kamu dan Raffi. Tiap-tiap hari aku melakukan pendekatan padanya untuk menyatukan kalian. Raffi itu baik, pengertian, perhatian, dewasa dan keren banget... aku senang sekali dan merasa nyaman berada disisinya. Sampai tiap malam aku bermimpi tentangnya. Eh.... ternyata... aku jadi suka dan sayang banget dengan Raffi. Aku sudah berusaha segala cara untuk tidak menyukainya dan menjauhinya. Tapi tetap tidak bisa. Aku bingung. Karena aku tahu kamu juga amat menyukai Raffi. Sementara perasaan kita sama. Aku takut kamu marah dan menjauhiku. Dan jalan terbaik adalah aku mengakui semua. Siap atau tidak aku akan sedia menerima semua resiko.”
Sinta mendengarkan cerita sahabatnya dengan penuh perhatian. Dia merasa sahabatnya begitu sedih dan bingung.
“ ya sudah... kalau kamu memang menyukai Raffi. Terima saja cintanya. Itiung-itung buat jadi pacar pertama. Kan kamu belum pernah pacaran.” kata Sinta.
”Tapi kamu?”
”nggak usah dipusingkan... aku sudah tak menyukai Raffi lagi. Dan saat ini target utamaku siswa baru di kelas sebelah. Aku setuju kok dengan hubungan kalian.”

*****

”Tere??” Damar. Siswa baru kelas sebelah yang keren dan paling banyak diincar cewek-cewek di sekolah menyapa Tere dengan sikap lembut dan senyum penuh pesona... itu tidak seperti biasanya... malah Tere tidak menyangka kalau Damar mengenalinya.
”Tere...mau nolongin aku nggak?? Comblangin aku dengan sahabatmu, Sinta donk!! Aku suka banget dari pertama kalinya aku melihat Sinta.” begitu ungkap Damar.
”Beres.”


Di ujung koridor sekolah. Tere melihat Sinta dan Damar sedang melakukan pendekatan. Tere hanya tersenyum. Di lain sisi Tere melihat Raffi. Ketika merela telah berdekatan, cowok keren satu ini berkata pelan padanya...”mmm....soal surat cintaku itu, kamu mau kan nerima cintaku?”

*****

Terlihat raut wajah bahagia antara Sinta dan Damar. Juga Tere dan Raffi. Dalam menjalani dan menempuh Lembar baru dengan pasangan mereka masing-masing

Cintaku Di batas Senja

Kabut putih masih menyelimut di sepanjang jalan. Udara dingin masih tak henti menusuk tulang dan di ufuk timur mulai terlihat indahnya sang fajar terbit menyinar.
Telah kesekian kalinya aku berusaha untuk berangkat sekolah lebih awal tapi tetap saja… menyebalkan memang harus terjebak macet tiap harinya namun inilah salah satu kewajibanku sebagai pelajar yang memilih sekolah yang cukup jauh dari tempat tinggalku.
Begitu juga sesampainya disekolah. Aku harus selalu di sibukkan dengan tugas yang tak terhingga. Apalagi mulai saat ini aku harus mengikuti Bimbingan Belajar di sekolah karena memang ku akui nilaiku di bawah standar.
“Pulang sore lagi, pulang sore lagi. Padahal tubuhku merasa lelah sekali” keluhku kepada Dua orang Sahabatku,Ella dan Utami.
”Mau bagaimana lagi? inilah kewajiban kita sebagai seorang pelajar” sahut Ella di sertai anggukan Utami. Lama sekali ku rasa waktu berputar. Dan ketika jam sekolah berakhir. Begitu hendak keluar kelas HandPhone ku berdering.


Fathya hari ini kamu kerumah ya !!! ada acara perpisahan.
Esok Andre akan ke Bandung untuk melanjutkan sekolahnya
“Linda”

“Aduh... mengapa Linda baru memberitahukan aku sekarang? Padahal waktunya sudah tak dapat terkejar. Kalau ku tinggalkan Bimbingan Belajar ini??? Ah...” keluhku seraya melemparkan kaleng bekas minuman yang ada ditanganku.
Aku ingin sekali menemui Andre yang merupakan orang yang paling aku sayang. Tapi Bimbingan Belajarku juga teramat penting dalam kehidupanku. Aku bingung dengan apa yang mesti aku lakukan.

*****

Setelah shalat Shubuh aku memulai aktifitasku seperti biasanya. Cahaya matahari sudah mulai meninggi dan sudah mulai terasa panasnya. Saat jam pelajaran di mulai HandPhone ku bergetar.
”Fathya handphonemu ada yang menghubungi” bisik Utami.
”Biarkan saja karena jika ketahuan oleh Guru maka urusannya bisa makin panjang” jawabku dengan wajah yang sok memperhatikan pelajaran. Padahal pikiranku entah jauh melayang kemana. Aku ingin cepat-cepat mengetahui bahwa siapa yang menghubungiku sedari tadi. Lonceng istirahat berbunyi dengan segera mungkin aku mengambil Handphone ku. Rasa penasaran menyelimuti pikiranku karena ku lihat terdapat 20 panggilan tak terjawab...
”Cie....banyak penggemar nih. Jadi selebritis dadakan ceritanya?” ejek Ella dengan wajah penuh canda. Aku Cuma tersenyum malu mendengar ucapan Ella dan kulihat ”Andre” satu-satunya nama yang tercantum dalam panggilan tak terjawabku.
Hatiku berdesir, rasa penasaran makin mengguncang di pikirku bahwa ada keperluan apa Andre menghubungiku. Adakah hal penting yang hendak dia sampaikan?
Aku kemudian dengan segera menghubungi Andre. Seharian ini kuhabiskan waktu dan pulsa ku Cuma untuk menemani Andre meskipun Cuma lewat pesan singkat.
Hingga beberapa hari kemudian

*****

”Bagaimana hubungan mu dengan Andre??? Apa baik-baik?” tanya Ella. “haaa??? Hubungan apa??!” tanyaku dengan nada heran.
“Jangan kau tutupi begitu! Kami sudah tahu kok kalau kamu lagi dekat dengan Andre! Buktinya Andre tak ada henti dan lupanya buat memberitahukanmu kabar dan kondisinya disana. Padahal kau bukan siapa-siapanya!! Kecuali diantara kalian terlibat main hati.” tambah Utami disertai anggukan Ella.
Aku Cuma dapat diam dan memikirkan perkataan Utami. Karena sudah dari kemarin Andre belum memberi kabar padaku tentang keadaannya. Apakah aku bersalah padanya?
Hari ini tubuhku terasa lemah tak berdaya. Ketika aku hendak masuk kelas tiba-tiba pandanganku terasa hampa dan kepalaku terasa pusing tak terhingga. Akhirnya aku tak sadarkan diri.
”Dimana aku dan apa yang terjadi kepadaku?” tanyaku kepada Ella. ”kamu tadi tiba-tiba pingsan dan sekarang kita di UKS.” jawab Ella sambil mengambilkan obat yang harus aku minum.
”kamu sakit? Mengapa paksakan diri untuk sekolah?Kami cemas memikirkanmu”
Tambah Utami yang duduk dihadapanku.
Apa yang terjadi padaku? Tak seperti biasanya aku begini.
”bagaimana jika pulang sekolah kita ke Dokter buat memeriksakan keadaanmu” ajak Ella. Aku hanya mengangguk saja sebagai pertanda setuju.
Setelah diperiksa Dokter memberitahu bahwa aku harus mengontrol emosi
dan jangan sampai aku depresi. Aku hanya diberi vitamin.

*****

Beberapa hari ini staminaku menurun. Jadi aku harus di istirahatkan dari berbagai aktifitasku.Sepi rasanya aku ditinggal sendiri saat Ella dan Utami yang merupakan teman satu kontrakan ku dan juga sahabat baikku di sekolah berangkat kesekolah.apalagi Andre tak menghubungiku. Beribu-ribu pertanyaan mulai muncul di benakku. Tiba-tiba air mataku menetes. Muncullah kerinduan yang tak pernah bisa ku ungkapkan.”Apa ini? Perasaan apa yang ku rasa?” tanyaku dalam hati.
Semakin hari kerinduan ini semakin tak terhenti.mengapa perasaan ini tumbuh ketika aku dan Andre terpisah jarak dan waktu. Aku semakin tak mengerti tentang yang terjadi. Tentang rasa yang aku miliki.

Ketika getar cinta meruntuhkan jiwa yang membatu
Meluluhkan rasa yang membeku
Menghapus lara yang melanda
Ku ingin kau tetap disisi
Memberi keteduhan walau hanya dengan derai senyummu
Dengan bisik lembutmu
Dengan dekapan hangatmu
Aku merindumu seperti kemarau merindukan hujan
Aku mendambamu seperti seperti gelap mendamba bulan.
Jika saja dapat ku sampaikan cinta ini lewat hembusan angin
Kuingin kau tahu betapa dalam cintaku
Jika saja dapat ku ukir namamu dalam hati
ku ingin kau tahu bahwa engkau yang aku mau.

Semuanya buatku berfikir keras,membuat bayangan ku hampa dan gelap
Dan aku kembali tak sadarkan diri.

*****

”Fathya. Kamu sudah sadar?telah beberapa hari kami menungguimu. Kami cemas dengan kondisimu. Orang tuamu telah mempercayakan kamu pada kami. Jadi jika terjadi sesuatu padamu tidak hanya kami melainkan orangtuamu juga akan menyalahkan, bisa lain ceritanya”kata Ella dengan wajah cemas.
” kamu sendirian? Dimana Utami?dan diman kita sekarang?”tanyaku sambil memperjelas penglihatanku dan tanpa memperdulikan apa yang tadi Ella katakan.
”Utami keruang dokter ingin menanyakan kondisimu sekalian ia hendak ke kantin membelikan makanan untuk kita, tentunya kau sudah lapar bukan?dan saat ini kita berada di Rumah Sakit tempat praktek dokter pribadi keluargamu.”jawab Ella.
Tiba-tiba Utami datang sambil menangis namun begitu melihatku ia berusaha menghapus air matanya.Aku tak mengerti,Aku merasa ada yang mereka sembunyikan dariku tapi apa itu?.

Di ufuk timur terlihat emas padu yang mulai bercahaya diiringi kicau burung di loteng rumah. Hari ini aku mulai bersekolah lagi.Karena ku rasa aku telah cukup lama tak mengenal kehidupan di luar sana.
Ketika di sekolah, ku lihat teman-temanku kurasa ada yang berbeda.
”banyak anak baru ya?” tanyaku pada ella
“kenapa?”jawab ella. Namun aku tak menjawab. Lidahku terasa Kelu untuk berkata.
Aku pusing, ku merasa Di antara mereka ada yang tak aku kenal dan aku.......aku lupa hari ini tanggal berapa,bulan apa dan hari apa, tapi ini tak terlalu ku fikirkan karena menurut Utami ini hal yang biasa karena aku telah lama tak sadarkan diri. Tapi ini membebaniku.
Aku lupa pada pelajaran yang sebenarnya kurasa aku bisa.
Ketika pulang aku tak tahu arah mana yang harus aku tuju untuk sampai kerumah. Semua ini makin membebaniku dan membuatku memutar otak ku dengan keras, serta memaksa aku untuk mengingat semua. .akibat ini semua akhirnya aku kembali tak sadarkan diri bahkan ini lebih lama.
Setelah ku tersadar aku merasa telah melewati hari begitu panjang. Ku merasa aku baru dapat melihat dunia dan tak ada ingatan yang ku ketahui selain kedua sahabatku dan orang tuaku. Aku semakin tak mengerti keadaan.aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku harus menemui dokter yang menanganiku untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku, aku keluar ruangan tempat aku dirawat dan aku berjalan menuju ruang dokter.
”dok,apa yang sebenarnya aku alami?mengapa aku tak dapat mengingat hal yang seharusnya ku ingat,apa aku tak boleh mengetahui tentang diriku sendiri?”tanyaku dengan air mata berlinang.
Dalam hatiku aku bertekad apapun jawabannya aku akan menerima semua dengan keikhlasan dalam jiwa namun Begitu ku dengar perkataan dokter semakin membuat air mata ini tak henti mengalir.

Kamu tak akan bisa mengingat apa yang kamu alami sebelum ini.
Kamu tak akan bisa mengingat apa dan siapa yang ada disekelilingmu
Saat kau terbangun dari tidurmu tiap harinya kau akan merasa asing.
Ingatan dan mentalmu akan mati sebelum jasadmu
Jadi sebaiknya kau mempersiapkan diri

Perkataan ini selalu membayang di benakku.
Apalagi saat aku tahu tak ada cara dan tak ada harapan untukku sembuh
Biarpun dengan jalan operasi.namun ini harus ku terima dengan lapang dada karena inilah takdir yang harus aku jalani.
Hanya beberapa obat yang membantuku memperlambat semua.

*****

Fajar ditutupi kabut tebal,awan terlihat tak bersinar udara dingin terasa menusuk tulang.selesai shalat shubuh aku keteras ditemani secangkir cappuccino hangat kesukaanku.
”tidak sekolah kamu hari ini?” tanya Utami selagi mempersiapkan sepatu sekolahnya.
”jangan. Biarkan saja fathya beristirahat dahulu” jawab Ella sebelum sempat aku menjawabnya. Aku Cuma diam karena memang aku tak ingat apa yang aku almi sebelum ini.
”jaga rumah baik-baik! Kalau ada apa-apa segera menelpon kita!” pesan Ella sebelum dia berangkat sekolah.
Saat semua telah berangkat sekolah. Aku tak diperbolehkan untuk keluar rumah. tiba-tiba bel berbunyi
”assalamualikum....” seorang pria berdiri di muka pintu
“wa alaikumsalam...”sahutku sambil membukakan pintu
”maaf anda siapa dan mencari siapa ya?”tambahku
“Fathya apa kamu sudah tak ingat denganku?”katanya seraya tersenyum.
“siapa ya?”tanyaku sambil menatapnya dan berusaha ingat siapa dia.
“keterlaluan kamu fathya. ini aku Andre. Baru 6 bulan aku pergi, kau sudah berlagak tak ingat.tega sekali kau”katanya memperjelasku.
Aku.... apa yang terjadi mengapa aku tak tahu siapa dia padahal hati ini merasa tak asing namun sungguh aku tak ingat dengannya.
Meskipun begitu aku mempersilahkan dia masuk dan duduk.
Saat aku berbicara dengannya,perasaan ku merasa ada yang beda.
Entah mengapa jantungku berdetak kencang ketika ku mendengar gema suaranya. Mataku tak mau berkelip saat kutatap tampan wajahnya. Timbul rasa yang berbeda dalam diriku, perasaan yang membuat aku merasa hidup dalam dunia khayal,ingin ku cari kepastian namun tak ada jawaban yang dapat membantuku mengingat semua yang ada dibenakku..
aku berusaha mengingat akan dirinya namun tak bisa akhirnya aku kembali tak sadarkan diri.Diantara lelapnya aku terdengar suara yang sepertinya tak asing bagiku.
Mengingatkan aku akan semua....semua yang kulalui.’Ku dengar percakapan antara Ella dan Andre.
“Tolonglah Andre,aku mohon padamu. Lakukan itu demi aku”pinta Ella.
”tapi aku tak bisa.ia ku anggap seperti adikku sendiri. Tak kurang dan tak lebih” bantah Andre.
”andre tolonglah aku, kau tidak mengerti dengan kondisi yang mesti fathya hadapi, bahagiakan dia di sisa akhir hidupnya”bujuk Ella
”kalau aku tak mau apa yang akan kau lakukan”tanya Andre,
”ini soal perasaan,” tambahnya.....
Mereka berdua bersitegang .
Hatiku berkata bahwa Aku tak ingin jika Andre mencintaiku hanya karena paksaan Ella atau karena rasa iba dan bukanlah cinta yang sebenarnya.
Semua ini menorehkan luka untukku.

Salahkah aku ???
Tlah mencintaimu
padahal kau tak begitu
salahkah aku
trus mengharapkan cintamu
meski ku tahu
semua Cuma semu
salahkah aku
untuk bermimpi disisimu
padahal engkau bukan milikku

Aku hanya mampu membisu...menahan semua lara yang berkecambuk dalam jiwa.
Apa aku salah tlah mencintainya? Mungkin memang tak pantas ku berharap kepada orang seperti dia karena ku tahu bahwa ini akan sia-sia. Aku merasa buat apa aku terlahir jika buat mendapatkan cinta saja aku tak bisa.

*****

Pagi telah menjelang
Dengan langit cerah tiada awan dusta
Secercah hatiku menyambut mentari dengan senyum cahyanya
Sejuta harapan ikut bersamanya
Menghiasi bumi
Tebarkan benih-benih cinta dalam jiwa
Sambutlah semuanya dengan senyum keceriaan
Berikan pesona pada dunia
Untuk mu
Fathya cintaku

Sebait puisi tertera dalam selembar kertas. Namun pada saatnya terlihat nota yang tertanggal yang merupakan sekilas perasaan ku yang ku tulis menjadi catatan kecil. Aku tahu Bukan aku yang dia cintai dan bukan aku yang dia harapkan tuk jadi pendamping hidupnya. ku fikir semua Cuma palsu...
Namun saat ku tatap dalam matanya aku melihat suatu yang beda. Yang benar-benar membuat hatiku mendera.
apakah ini kenyataannya cinta?atau......
ku fikir cinta dan iba hanya memiliki sedikit kapasitas yang berbeda. Sehingga banyak orang sulit menafsirkannya.
Aku semakin tak mengerti ku coba hindari...
”ANDRE” nama yang tertera namun sulit untukku menghadirkannya dalm lembar khayalku. Semuanya terasa hampa.
Seandainya pun dia hadir mungkin sulit bagiku mengenalinya. Dan tiba-tiba...
”pagi sayangku...”kata seorang pria seraya membawakan sarapan untukku.
”kamu siapa?dan...?”tanyaku heran karena memang aku tak ingat siapa dia
”aku kekasihmu...mulailah hari,dan segeralah mempersiapkan diri. .aku ingin membahagiakanmu hari ini.”katanya sambil meninggalkan aku sendiri.
Aku masih tak mengerti.tapi ku coba buat jalani hari ini. Hari yang membuat ku benar-benar merasakan cinta meskipun aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan dia.
”kamu siapa” tanyaku saat kami sedang berdua .
”Andre” jawabnya singkat.
Inikah Andre sang pemilik hatiku. Namun apa yang aku tulis dicatatan ku berbeda dengan yang aku rasa.. dia mampu memberikan aku sejuta cinta yang ku rasa sebelumnya belum pernah aku alami. Indahnya dunia ku rasa. Andai dapat ku buat detik tak bertambah. Walau tak ada kata ini semua terasa surga.
Saat benar-benar dalam keadaan bahagia tiba-tiba pikiranku terbayang pada sosok seseorang yang rasanya pernah aku lihat dan perkataanya pernah aku dengar...
”Dokter” kataku refleks...”ada apa sayang???” tanya Andre merasa heran.
”tidak ada apa-apa. aku hanya ingin mengatakan dan meminta sesuatu padamu”kataku sesaat setelah pikiranku teringat akan perkataan Dokter yang menangani penyakitku. ”katakanlah....”katanya dengan nada penuh tanya.
”aku mencintaimu dan ku tunggu cintamu dibatas senjaku” jawabku dengan menahan air mata dan tiada ku mampu menahan semua rasa.
”maksudmu????”tanyanya heran.
”Andre ku ingin kau tersenyum lebih indah untuk hari ini,tersenyumlah seindah mentari yang akan menyambut terbitnya sang penguasa malam. Ku ingin dipelukmu,meski Cuma sesaat saja. ku ingin kau ceritakan semua kisah dibalik romansa cinta kita. Ku ingin ingat semua yang ada. Aku pasti bisa.” lirihku...
”fathya jangan minta yang aneh-aneh..hari telah sore sebaiknya kita pulang. Aku tak ingin kau sakit lagi” jawabnya seraya menarik tanganku.
”sebentar saja!!! Setidaknya sampai matahari dibatas senja..karena ku ingin melihat indahnya.”kataku memohon.
”Aku mencintaimu”kata Andre. Kemudian Ku di dekapnya dengan hangat...ku dengar ceritanya dengan suka cita...ku ingat semua kenangan indah dan ku lihat para bidadari menyambutku...menyambutku dengan penuh senyuman. Dan inilah saatnya ku menutup mata saat ku dipeluknya mesra,,,saat dibatas senja........................

meskipun cintaku hanya di batas senja
namun jiwaku hidup disetiap jiwa pembaca

********